Hal-hal yang Tidak Boleh Terlewatkan dalam Menyiapkan Final Artwork
1. Bleed
Bleed adalah bagian area desain di luar garis potong
yang berfungsi untuk mengantisipasi rendahnya tingkat akurasi pada saat
hasil cetak dipotong/disisir. Untuk materi Below the Line (BTL) seperti
brosur, poster, buku, flagchain dan sebagainya umumnya menggunakan bleed
dengan toleransi minimal 3 – 5 mm. Bleed ini berguna untuk
meminimalisir agar pada saat pemotongan kertas semua bagian desain
secara utuh tidak berkurang dan sesuai dengan ukuran yang sebenarnya.
Contoh: bila ukuran desain adalah A4 210 mm X 297 mm, maka ditambah
bleed minimal 3-5 mm (standar eropa) pada setiap sisinya, jadi ukuran FA
termasuk bleed adalah 216 X 303 mm. Ukuran bidang desain tetap 210 X
297 mm. Untuk materi Above The Line (ATL) seperti majalah atau tabloid
yang menggunakan ukuran penuh (100%) tanpa ada pemisah antara garis
potong dengan halaman lay out maka tetap di butuhkan bleed. Tanpa bleed,
hasil cetak pasca finishing potong akan terlihat kurang rapi dengan
bergesernya titik potong ke luar atau ke dalam desain akhir. Jika titik
potong meleset keluar, maka akan terlihat area putih kertas, jika
meleset ke dalam, maka area desain yang seharusnya tidak terpotong akan
ikut terpotong.
Selain itu untuk hasil maksimal dan lebih terlihat
rapi, letak text, logo, gambar dan lainnya yang bukan berupa background
sebaiknya berjarak paling tidak 5 mm dari garis potong agar tidak
terlalu mepet keluar dan menghindari terpotongnya bagian tersebut.
Sebagai ilustrasi, gambar di bawah sebelah kanan
adalah contoh hasil cetak yang disertai bleed sebelum dipotong,
sementara gambar sebelah kiri setelah dipotong.
2. Crop Marks
Tanda potong atau crop marks sangat membantu pada
saat finishing potong. Hampir semua program aplikasi grafis telah
memasang fasilitas pembuatan crop marks secara automatis. Namun apabli
dilakukan dengan manula gunakanlah warna register untuk tanda ini C :
100 M : 100 Y : 100 K : 100, jika desain menggunakan dua elemen warna
saja, maka gunakanlah 2 elemen tersebut, misalkan yang digunakan adalah
magenta dan yellow, maka gunakanlah warna M : 100 dan Y : 100. Panjang
garis cukup 3-6 mm dengan hairline.
3. Convert Font
Setelah desain dinyatakan final, convert/flaten lah semua font ke dalam format curve, hal ini untuk mengantisipasi missing atauincorect font
ketika file dibuka di percetakan. Sebelum menconvert ada baiknya
membackup dokumen tersebut, fungsinya ketika suatu saat ada perubahan
masih ada file yang belum diconvert. Atau jika tidak ingin font tersebut
diconvert, sertakan selalu font-font tersebut dalam satu folder
tersendiri ketika file desain tersebut dikirim ke percetakan.
4. Resolusi
Sesuaikan resolusi dengan kebutuhan cetak. Standar resolusi yang baik
adalah 300 dpi. Tapi buat pengecualian untuk cetakan yang berukuran
besar seperti billboard. Untuk jenis Outdoor print seperti ini, resolusi
yang baik adalah 72-150 dpi.
5. Mode Warna
Pastikan mode warna artwork sudah dikonversi ke CMYK dan bukan RGB.
Karena, proses percetakan dan printing hanya mengenal mode CMYK, dan
biasanya, mesin cetak/print akan otomatis mengkonversi mode warna RGB ke
CMYK. Hal ini tentu akan berpengaruh kepada kualitas warna pada desain.
Jadi, pastikan warna pada desain sesuai dengan yang diinginkan dalam
mode warna CMYK.
6. Image link
Beberapa aplikasi grafis seperti Adobe Illustrator secara default
menampilkan gambar (image) dengan tautan link ke folder di komputer. Hal
ini untuk menghemat kapasitas file artwork yang kita kerjakan. Apabila
file berpindah komputer, maka gambar yang seharusnya tampil pada desain
tidak bisa ditemukan. Prinsipnya sama seperti font, kita bisa
menggunakan fungsi embed untuk memasukkan gambar secara utuh pada file.CATATAN : Jika kesulitan dalam melakukan hal di atas, sebaiknya tidak mengirimkan file berbentuk TIFF atau JPEG dan sejenisnya, kecuali menyertakan juga file asil pada saat desain dibuat (semisal adobe ilusrator, corel draw, freehand, photoshop atau lainnya).
Thanks to : http://beritaprinting.com
No comments:
Post a Comment